Rabu, 23 Februari 2011

Ayah, Anak dan Burung Gereja (subtitle Bahasa Indonesia)



Saya mendapat sebuah video dari salah account Youtube ,,

Setelah proses download sukses, saya bergegas meontonnya.... Ternyata, video tersebut berisikan sebuah cerita yang maknanya yang lebih dari apa yang menjadi ekspektasi saya. Sebuah video mengenai makna hidup yang begitu membuat hati saya bergetar (Lebay but true mode). Didalam video tersebut, tampak seorang ayah yang sudah lanjut usia sedang duduk santai bersama anaknya (yang menurut saya sudah menginjak usia 30an) di sebuah bangku di halaman rumah. Seketika hinggaplah seekor burung yang mengusik sang ayah untuk bertanya pada anaknya "itu apa...?" Si anak yang sedang sibuk membaca koran mencoba menjawab dengan singkat dan nada yang seperlunya saja "itu burung gereja"... Masih menatap pada burung gereja tersebut, Sang Ayah kembali bertanya.. "itu apa...?" Si anak melontarkan jawaban yang sama namun dengan nada yang sedikit sebal "itu burung gereja". Nampak seperti orang pikun (atau tuna rungu) Sang Ayah kembali bertanya, masih dalam tatapan kosong yang tertuju pada burung tsb... "itu apa...?" Kali ini, si anak mulai terusik dan dijawablah dengan nada yang semakin meninggi "itu burung gereja...!" Tak puas Sang Ayah membuat si anak kesal, kembali ia bertanya "itu apa...?". Pertanyaan kali ini benar-benar membuat si anak naik pitam "itu burung gereja...!!!!"...

Kemudian Sang Ayah pergi meninggalkan si anak yang masih duduk terpaku pada koran yang sedari tadi dibacanya. Ia masuk ke dalam rumah, dan kembali dengan mebawa sebuah buku digenggaman tangannya. Sepintas, buku tersebut nampak seperti catatan harian mengenai perjalanan hidupnya. Dibukalah buku tersebut dan disodorkan ke si anak sembari berkata "baca ini... baca... suarakan dengan keras..."

Dengan ekspresi yang sedikit terheran, si anak membacakan tulisan pada halaman tersebut "Aku duduk disebuah bangku taman bersama anakku yang baru saja menginjak usia 3 tahun.... ditemani suara kicauan burung gereja yang datang menghampiri kami.... anakku bertanya 'ayah, itu apa...?'... Kujawab 'itu burung gereja'.... dengan polosnya, dia kembali bertanya sambil telunjuknya mengarah pada burung tersebut 'itu apa..?'... Kujawab kembali 'itu burung gereja'.... Anakku bertanya sampai 21 kali, dan kujawab pertanyaan bocah polos itu dengan penuh cinta dan kesabaran 21 kali juga. Kujawab semua pertanyaan satu per satu sambil memeluknya sampai ia puas dan senang mendengar jawabanku". Si Anak tersentak hatinya, dan dipeluklah Sang Ayah seolah menyesali sikap dan ekspresinya atas pertanyaan-pertanyaan ayahnya tadi...

Wahai sahabat... sudah cukupkah kita membalas cinta dan kasih sayang orang tua kita, minimal dengan menghargai setiap pertanyaan dan nasehat yang terlontar darinya, sekalipun itu diucapkannya berulang-ulang kali...? Apabila kesulitan hidup sedang menghampirimu dan doa-doamu bagaikan puisi yang terabaikan, renungkan... Pantaskah kita mendapat cinta, pertolongan dan ridha Allah SWT disaat hati kita masih dikotori oleh energi dan prasangka negatif terutama kepada orang tua kita... Jadikan dan abadikanlah rasa hormat dan cintamu kepada orang tua sebagai ibadah yang akan menyelamatkanmu dunia maupun akhirat... 


wallahu a'lam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar